Individu
sebagai makhluk sosial berarti individu yang sedang mengadakan hubungan dengan
alam sekitar, khususnya masyarakat. Maksudnya manusia dengan sadar
menghubungkan sikap tingkah laku dan perbuatanya dengan individu individu
lainnya. Sehingga terbentuklah suatu kelompok yang besar dan apabila
kelompok-kelompok itu berjalan constant, maka itulah yang disebut masyarakat.
Penduduk Masyarakat dan Kebudayaan
Selasa, 17 November 2015
Setiap
masyarakat memiliki sistem nilai dan sistem kaidah sebagai konkretisasi. Nilai
dan kaedah berisikan harapan-harapan masyarakat, perihal perilaku yang pantas.
Suatu kaidah hukum memberikan batasan-batasan pada perilaku seseorang.
Batas-batas tersebuat menjadi sauatu “aturan permainan “ dalam pergaulan hidup.
Sebaliknya
segala yang berbeda dari corak kebudayaan mereka, dianggap rendah, aneh, kuran
susila, bertentangan dengan kodrat alam dsb.
Pemuda dan Sosialisasi
Selasa, 17 November 2015
1.
Internalisasi
belajar dan spesialisasi
A. Orientasi
mendua
Menururt Dr.
Male adalah oreintasi yang bertumpu pada harapan orang tua, masyarakat dan
bangsa yang sering bertentangan dengan keterkaitan serta loyalitas terhadap
peer (teman sebaya).
Sementara itu Zulkarimen Nasution
mengutip pendapat ahli komunikasi J.
Kapper mengatakan kondisi bimbang yang dialami para remaja menyababkan mereka
melahab semua isi informasi tanpa seleksi.
Dengan demikian, mereka adalah
kelompok potensial yang mudah dipengaruh media massa, apapun bentuknya.
Keadaan bimbang akibat orientasi
mendua, menurut Dr. Malo juga menyebabkan remaja nekat melakukan tindakan bunuh
diri.
Untuk mengatasi hal ini. Dr. Malo
mengemukakan beberapa alternatif yang harus memperhitungkan perenan peer grup,
besar kemungkinan tidak berhasil. Penggunaan waktu luang remaja juga
diperhatikan, untuk menanggulangi masalah tersebut.
Enoch Malkum berpendapat, agar
orang dewasa tidak selalu menganggap setiap youth culture adalah counter
culture. Remaja harus diberi kesempatan berkembang dan beragumentasi.
Enoch Malkum juga melihat perbedaan
yang berarti, antara remaja dahulu dan sekarang. Munculnya fungsi-fungsi baru dalam masyarakat yang dahulu tidak ada.
Ada dua alternatif pemecahan
masalah. Pertama mengaktifkan kembali fungsi keluarga dan kembalinya pada
pendidikan agama. Kedua adalah menegakka hukum.
B. Peran
media massa
Masa remaja
merupakan periode peralihan dari masa kanak kanak menuju masa dewasa, ditandai
beberapa ciri . pertama, keinginan memenuhi dan menyatakan identitas diri.
Kedua, kemampuan melepas diri dari ketergantungan orang tua. Ketiga, kebutuhan
memperoleh akseptabilitas di tengah sesama remaja.
Ciri ciri ini menyebabkan
kecenderungan remaja melahab begitu saja arus informasi yang serasa dengan
selera dan keinginan mereka. Zulkarimen juga mengamati, para tetua yang tadinya
berfungsi sebagai penapis informasi.
Sebagai jalan keluar perluny
membekali remaja dengan keterampilan berinformasi yang mencangkup menemukan,
memiliki, menggunakan dan mengevaluasi informasi.
C. Perlu
dikembangkan
Suwarniayati Sartomo berpendapat,
remaja sebagai individu dan masa pancaroba mempunyai penilaian yang belum
mendalam terhadap norma, etika dan agama. Mereka menganggap tanggung jawab
mengenai masalah kenakalan remaja sepenuhya berada dipihak yang berwajib.
Disimpulkan bahwa masalah
kepemudaan dapat ditinjau dari 2 asumsi yaitu:
1) Penghayatan
mengenai proses perkemangan bukan sebagai suatu kontinum yang sambung
menyambung tetapi fragmentaris, terpecah-pecah dan setiap fragmen mempunyai
arti sendiri sendiri. Pemuda dibedakan dari anak dan orang tua dan masing
masing fragmen itu mewakili nilai sendiri.
Oleh sebab itu, arti setiap masa
perkembangan hanya dapat dimengerti dan dinilai dari msa itu sendiri. Masa
kanak kanak hanya dapat diresapi karena keanakannya masa pemuda karena sifat
sifatnya yang khas pemuda, dan masa
orang tua yang diidentifiksi dengan stabilitas hidup dan kemapanan.
Dinamika pemuda tidak lebih dari
usaha untuk menyesuaikan diri dengan pola pola kelakuan yang sudah tersedia dan
setiap bentuk kelakuan yang menyimpang akan dicap sebagai yang anomalis, yang
tak wajarnya.
2) Posisi
pemuda dalam arah kehidupan itu sendiri. Tafsiran tafsiran klasik didasarkan
pada anggapan bahwa kehidupan mempunyai pola yang banyak sedikitnya . sudah
tentu dan ditentukan oleh mutu pemikiran yang diwakili oleh generasi tua yang
bersembunyi di balik tradisi.
3) Hal
disebabkan oleh suatu anggapan bahwa pemuda tidak mempunyai andil yang berarti
dalam ikut mendukung proses kehidupan bersama dalam masyarakat. Pemuda dianggap
sebagai obyek dari penerapan pola pola kehidupan dan bukan sebagai subyek yang
mempunyai nilai sendiri.
Demikian pula usaha–usaha untuk menyalurkan potensi
pemuda kerapkali bersifat fragmentaris, karena potensi itu dilihat bukan
merupakan sebagian dari aktivitas dalam wawasan kehidupan, tetapi tidak lebih
sebagai penyaluran tenaga dan berlebihan dari pemuda itu.
Posisi pemuda dalam kehidupan itu sendiri. Tafsiran–tafsiran klasik didasarkan
pada anggapan bahwa kehidupan mempunyai pola yang banyak sedikitnya. Sudah
tentu dan ditentukan oleh mutu pemikiran yang diwakili oleh generasi tua yang
bersembunyi di balik tradisi. Dinamika pemuda tidak dilihat sebagai sebagian
dari dinamika atau lebih tepat sebagian dari dinamika wawasan kehidupan,
Hal ini disebabkan oleh suatu anggapan bahwa pemuda
tidak mempunyai audit yang berarti dalam ikut mendukung proses kehidupan
bersama dalam masyarakat. Pemuda dianggap sebagai obyek dari penerapan
pola-pola kehidupan dan bukan sebagai subyek yang mempunyai nilai sendiri.
Dua asumsi yang mendasari pandangan di atas, kiranya
tidak akan memberi jawaban terhadap “kebinalan” pemuda dewasa ini. Baik gagasan
mengenai “wawasan kehidupan”, maupun konsep mengenai tata kehidupan yang
dinamis, akan menggugurkan pandangan klasik, yang menafsirkan kelakuan pemuda
dan hidup kepemudaan sebagai sesuatu yang abnormal.
Pemuda sebagai suatu subyek dalam hidup, tentulah
mempunyai nilai-nilai sendiri dalam mendukung dan mengerakkan hidup bersama
itu. Hal ini hanya bisa terjadi apabila tingkah laku pemuda itu sendiri ditinjau
sebagaiinteraksi terhadap lingkungannya dalam arti luas. Penafsiran mengenai
identifikasi pemuda seperti ini disebut sebagai pendekatan ekosferis.
Di
dalam proses identifikasi dengan kelompok sosial serta norma-normanya itu tidak
senantiasa seorang mengidentifikasi dengan kelompok tempat ia sedang menjadi
anggota secara resmi. Kelompok semacam ini disebut membership group, kelompok
dimana ia menjadi anggota. Tetapi, dalam mengidentifikasi dirinya dengan suatu
kelompok, mungkin pula seseorang melakukannya terhadap sebuah kelompok tempat
ia pada waktu itu tidak lagi merupakan anggota atau terhadap kelompok yang ia
ingin menjadi anggotanya. Dalam hal terakhir ini, ia mengidentifikasi dirinya
dengan sebuah kelompok diluar membership groupnya, kelompok tersebut tempat
identifikasi dirinya dissebut juga reference group.
Jadi,
reference group merupakan kelompok yang norma-normanya, sikap-sikapnya, dan
tujuannya sangat ia setujui, dan ia ingin ikut serta dalam arti bahwa ia senang
kepada kerangka norma, sikap, dan tujuan yang dimiliki kelompok tersebut.
2. PEMUDA DAN IDENTITAS
Pemuda adalah suatu generasi ini mempunyai
permasalahan-permasalahan yanng sangat bervariasi, di mana jika permasalahan
ini tidak dapat diatasi secaraproporsional maka pemuda akan kehilangan
fungsinya sebagai penerus pembangunan.
Pemuda
memiliki potensi-potensi yang melekat pada dirinya dan sangat pentingartinya
sebagai sumber daya manusia. Oleh karena itu, berbagai potensi positif yang
dimiliki generasi muda ini harus digara, dalam arti pengembangan dan
pembinaannya hendaknya harus sesuai dengan asas, arah, dan tujuan pengembangan
dan pembinaan generasi muda di dalam jalur-jalur pembinaan yang tepat.
Proses sosialisasi generasi muda adalah suatu proses
yang sangat menentukan kemampuan diri pemuda untuk menselaraskan diri di
tengah-tengah kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu pada tahapan
pengembangan dan pembinaannya, melalui proses kematangan dirinya dan belajar
pada berbagai media sosialisasi yang ada di masyarakat, seorang pemuda harus
mampu menseleksi berbagai kemungkinan yang ada sehingga mereka mampu
mengendalikan diri dalam hidupnya di tengah-tengah masyarakat, dan tetap
mempunyai motivasi sosial yang tinggi.
a.
Pembinaan
dan Pengembangan Generasi Muda
Pola
Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda ditetapkan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dalam keputusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan
Nomor: 0323/U/1978. Maksud dari Pola Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda
adalah agar semua pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam penanganannya
benar-benar menggunakan sebagai pedoman sehingga pelaksanaannya dapat terarah,
menyeluruh dan terpadu serta dapat mencapai sasaran dan tujuan yang dimaksud,
Pola
Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda disusun berlandaskan:
1) Landasan
idiil : Pancasila
2) Landasan
konstitusional : Undang-Undang Dasar
1945
3) Landasan
strategis :
Garis-garis Besar Haluan Negara
4) Landasan
historis : Sumpah Pemuda
Tahun 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan
17 Agustus 1945
5) Landasan
normatif : Etika, tata nilai
dan tradisi luhur yang hidup dalam masyarakat
Motovasi dasar Pembinaan dan
Pengembangan Generasi Muda Bertumpu pada strategi pencapaian tujuan nasional,
seperti telah terkandung dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV.
Atas dasar kenyataan diatas diperlukan
penataan kehidupan pemuda karena pemuda perlu memainkan peranan penting dalam
pelaksanaan pembangunan. Dalam hal ini, maka Pembinaan dan Pengembangan
Generasi Muda haruslah menanamkan motivasi kepekaan terhadap masa datang
sebagai bagaian mutlak masa kini. Untuk itu, kualitas kesejahteraan yang
membawa nilai-nilai dasar bangsa merupakan faktor penentu yang mewarnai
Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda dalam memasuki masa yang akan datang.
Apabila pemuda pada masa sekarang
terpisah dari persoalan-persoalan masyarakat, maka sulit akan lahirnya pemimpin
masa datang yang dapat memimpin bangsanya sendiri.
Pembinaan dan Pengambangan Generasi
Muda mempunyai dua hal pokok, yaitu :
a. Generasi
muda sebagai subyek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang telah
memiliki bekal-bekal dan kemampuan serta landasan potensi lainnya, untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi bangsa dalam rangka kehidupan
berbangsa dan bernegara serta pembangunan nasional.
b. Generasi
muda sebagai obyek pembinaan dan pengembangan ialah mereka yang masih
memerlukan pembinaan dan pengembangan ke arah pertumbuhan arah pertumbuhan
potensi dan kemampuan-kemampuan ke tingkat yang optimal dan belum dapat
bersikap mandiri yang melibatkan secara fungsional.
b. Masalah dan Potensi Generasi Muda
1) Permasalahan Generasi Muda
a. Dirasa
menurunnya jiwa idealisme, patriotisme dan nasionalisme di kalangan masyarakat
termasuk generasi muda
b. Kekurangpastian
yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya
c. Belum
seimbang antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia,
baik yang formal maupun non formal. Tingginya jumlah siswa putus sekolah yang
dilibatkan oleh berbagai sebab yang bukan hanya merugikan generasi muda
sendiri, tetapi juga merugikan seluruh bangsa.
d. Kurangnya
lapangan kerja / kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran.
Setengah pengangguran dikalangan generasi muda dapat mengakibatkan berkurangnya
produktivitas nasional dan memperlambat laju perkembangan pembangunan nasional.
e) kurangnya
gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi perkembangan kecerdasan dan
pertumbuhan badan di kalangan generasi muda, hal tersebut di sebabkan oleh
rendahnya daya beli dan kurangnya perhatian tentang gizi dan menu makan
seimbang di kalangan masyarakat yang berpenghasilan tinggi.
f) masih
banyak perkawinan di bawah umur, terutama di kalangan masyarakat daerah
pedesaan.
g) Pergaulan bebas yang membahayakan sendi
– sendi perkawinan dan kehidupan keluarga.
h) Meningkatnya kenakalan remaja termasuk
penyalagunaan narkotika.
i) Belum adanya peraturan perundangan
yang menyangkut generasi muda.
Dalam rangka untuk memecahakan permasalahan generasi
muda tersebut di atas memerlukan usaha – usaha terpadu, terarah dan berencana
dari seluruh potensi nasional dengan melibatkan generasi muda sebagai subjek
pembangunan. Organisasi pemuda yang telah berjalan baik adalah merupakan
potensi yang siap untuk dilibatkan dalam kegiatan pembangunan nasional.
2) Potensi – potensi Generasi Muda / Pemuda
Potensi – potensi yang terdapat pada
generasi muda perlu dikembangkan adalah :
a) Idealisme
dan day kristik
Secara
sosiologi generasi muda belum mapan dalam tangtangan yang ada, maka ia dapat
melihat kekurangan – kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu mencari
gagasan baru.
Pengejawantahan
idealism dan day listrik perlu untuk senantiasa dilengkapi dengan landasan rasa
tanggung jawab yang seimbang.
b) Dinamika
dan kreativitas.
Adanya
idealism pada generasi muda, maka generasi muda memiliki potensi kedinamisan
dan kreatifitas yakni kemampuan dan kesediaan untuk mengadakan perubahan,
pembharuan dan penyampurnaan kekurangan – kekurangan yang ada ataupun
mengemukakan gagasan – gagasan / alternative yang baru sama sekali.
c)
keberanian mengambil resiko
perubah dan pembaharuan termasuk pembangunan,
mengandung resiko dapat meleset,
terhambat atau gagal. Namun mengambil resiko itu adalah perlu jika
kemajuan itu ingin di peroleh.
Generasi
muda dapat dilibatkan pada usaha – usaha yang mengandung resiko, kesiapan
pengetahuan, perhitungan dan keterampilan dari generasi muda akan memberi
kualitas yang baik kepada pemberanian mengambil resiko.
d) optimis dan kegairahan semangat
kegagalan tidak menyebabkan generasi muda patah
semangat. Optimism dan kegairahan semangat yang di miliki generasi muda akan
merupakan daya pendorong untuk mencoba maju lagi.
e) Sikap kemandirian dan disiplin murni.
Generasi muda memiliki keinginan untuk selalu
mandiri dlam sikap dan tindakkannya. Sikap kemandirian itu perlu dilengkapi dengan
kesadaran disiplin murni pada dirinya, agar dengan demikian mereka dapat
menyadari batas – batas yang wajar dan memiliki tenggang rasa.
f) Terdidik
walaupun dengan memperhitungan factor putu sekolah,
secara menyeluruh baik dalam arti kuantitatif maupun dalam arti kuantitatif
generasi muda secara relative lebih terpelajar karena terbukanya kesempatan
belajar dari para generasi pendahulunya.
g) Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan.
Keanekaragaman generasi muda merupakan cermin dari
keanekaragaman masyarakat kita. Keanekaragaman tersebut dapat merupakan
hambatan jika hal itu dihayati secara sempit dan eklusif.
Tapi keanekaragaman masyarakat Indonesia dapat
merupakan potensi dinamis dan kreatif jika keanekaragaman itu ditempatkan dalam
rangka integrasi nasional yang didasarkan atas semangat dan jiwa sumpah pemuda
tahun 1928 serta kesamaan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Sehingga dengan
demikian merupakan sumber yang kaya untuk kemajuan bangsa itu sendiri. Untuk
itu generasi muda perlu didorong untuk
Menampilkan
potensinya yang baik dan di beri peran yang jelas serta bertanggung jawab dalam menunjang pembangunan nasional.
h) Patriotisme
dan nasionalisme
Pemupukan
rasa kebanggan, kecintaan dan turut serta memiliki bangsa dan Negara di
kalangan generasi muda perlu lebih di galakan, pada gilirannya akan mempertebal
semangat pengabdian dan kesiapannya untuk membela dan mempertahankannya bangsa
dan Negara dari segala bentuk ancaman. Dengan tekad dan semangat ini generasi
muda perlu di libatkan dalam setiap usaha dan pemantapan ketahanan dan
pertahanan nasional.
i)
Sikap kesatria
Kemurnian
idealism, keberanian, semangat pengabdian dan pengorbanan serta rasa tanggung
jawab social yang tinggi adalah unsur – unsur yang perlu dipupuk dan di
kembangkan terus menjadi sikap kesatria di kalangan generasi muda Indonesia
sebagai pembela dan penegak kebenaran dan keadilan bagi masyarakat dan bangsa.
j)
Kemampuan dan
penguasaan ilmu dan teknologi
Generasi
muda dapat berperan secara berdaya guna dalam pengembangan ilmu dan teknologi
bila secara fungsional dapat di kembangkan sebagai transformator dan
dinamisator terhadap lingkungannya yang lebih terbelakang dalam ilmu dan
pendidikan serta penerapan teknologi, baik yang maju, maupun yang sederhana.
Sosialisasi
adalah proses yang membantu individu melalui belajar dan penyesuain diri
bagaiman bertindak dan berpikir agar ia berperan dan berpungsi, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat.
Proses
sosialisasi sebenarnya berawal dari awal keluarga. Bagi anak – anak yang
masih kecil, situasi sekelilingnya adalah keluarga sendiri. Gambaran diri
mereka sendiri merupakan pantulan perhatian yang di berikan keluarga kepada
mereka. Persepsi mereka tentang dirinya dunia dan masyarkat di sekelilingnya
secara langsung dipengaruhi dipengaruhi oleh tindakan dan keyakinan para
keluarga mereka. Nilai – nilai yang dimiliki oleh individu dan berbagai peran
dapat di lakukan oleh seseorang, semuanya berawal dari dalam lingkungan
sendiri. Melalui proses sosialisasi, individu (pemuda) akan terwarnai cara
berpikir dan kebiasaan kebiasaannya dengan proses sosialisasi, individu tau
bagaimanaia harus bertingkah laku di tengah tengah masyarakat dan limgkungan
budayanya. Kepribadian seseorang melalui proses sosialisasi akan terbentuk
dimana kepribadian itu terbentuk suatu komponen pemberi atau penyebab warna
dari wujud tingkah laku social manusiia, jadi dalam hal ini sosialisasi
merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dalam
hubungannya dengan system social. Dalam proses tersebut seseorang individu dari
masa anak anak hingga dewasa belajar pola pola tingkah dalam interaksi beraneka
ragam atau macam peranan social mungkin ada dalam kehidupan sehari – hari.
Setiap individu
dalam masyarakat yang berbeda mengalami proses sosialisasi yang berbeda pula,
karena proses sosialisasi banyak di tentukan oleh susunan kebudayaan dan
lingkungan social yang bersangkutan. Jadi sosialisasi di titik beratkan soal
individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena itu
proses sosialisasi melahirkan kedirian (self) dan kepribadian seseorang
terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya.
Proses
sosialisasi ini berarti tidak berhenti sampai keluarga, tapi masih ada lembaga
lainnya. Cohen (1983) menyatakan bahwa lembaga sosialisasi yang terpenting
ialah keluarga, kelompok sebaya dan media masa. Dengan demikian sosialisasi
dapat berlangsung secara formal ataupun nonformal. Secara formal, froses
sosialisasi lebih teratur karena di dalamnya di sajikan seperangkat ilmu
pengaturan teratur dan sistematis serta dilengkapi oleh perangkat norma yang
tegas dan harus di patuhi oleh setiap individu. Proses sosialisasi ini di
lakukan secara sadar dan sengaja, terjadinya ini bila seseorang individu mempelajari
pola – pola keterampilan, norma atau prilaku melalui pengamatan informal
terhadap interaksi orang lain.
Meskipun
sosialisasi itu mungkin berbeda – beda dalam berbagai lembaga, kelompok atau
pun masyarakat, namun sasaran sosialisasi itu sendiri banyak memiliki kesamaan.
Tujun
pokok sosialisasi adalah :
1) Indivdu
harus diberi ilmu pengetahuan
(keterampilan) yang di butuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
2)
individu harus mampu berkomunikasi secara effektif dan mengembangkan kemampuannya.
3)
pengendalian fingsi – fungsi organic yang di pelajari melalui latihan – latihan
mawas diri yang tepat.
4) bertingkah laku selaras dengan norma atau
tata nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada lembaga atau kelompok khususnya
dan masyarakat umumnya.
Factor
lingkungan bagi pemuda dalam proses sosialisasi pemuda terus berlanjut dengan
segala daya imitasi dan identitasnya. Pengalaman demi pengalaman akan di
peroleh pemuda dari lingkungan sekelilingnya. Lebih – lebih dari masa peralihan
dari masa muda menjelang dewasa. Di mana sering terjadi konflik nilai, wadah
bembinaan harus bersifat fleksible, mampu dan mengerti dalam membina pemuda
harus mematikan jiwa mudanya yang penuh dangan fasilitas hidup.
3. PERGURUAN DAN PENDIDIKAN.
A.
MENGEMBANGKAN POTENSI GENERASI MUDA
Jika pada abad
20 ini planet bumi di huni oleh mayoritas penduduk berusia muda, dengan
perkiraan berusia 17 tahuanan. Tentu akan menimbulkan beberapa pertanyaan. Dua
di antara beberapa deretan pertanyaan yang muncul adalah :
Apakah generasi
muda itu telah mendapatkan kesempatan mengenyam dunia pendidikan dan
keterampilan sebagai modal utama bagi insan pembangunan?
Sampai dimana
penyelenggaraan pendidikan formal dan non formal berperan bagi pembangunan,
terutama bagi Negara – Negara yang sedang berkembang?
Pada
kenyataannya Negara – Negara sedang berkembang masih banyak mendapat kesulitan
untuk penyelenggaraan pembangunan tenaga usia muda melalui pendidiakan.
Sehubungan dengan itu Negara Negara berkembang sedang merasakan selalu kekurangan
tenaga terampil dalam dalam mengisi lowongan – lowongan pekerjaan terntu yang
meminta tenaga kerja dengan keterampilan khusus. Kekurangan tenaga kerja
terampil itu terasa mana kala nagara – Negara sedang berkembang merencanakan
dan berambisi untuk mengembangkan dan memanfaaatkan sumber – sumber alam yang
mereka miliki.
Misalnya
dalam explorasi dan ekploitasi sector pertambangan, baik yang berlokasi di
darat maupun yang ada di lepas pantai.
Hal yang sama
juga di rasakan manakala Negara – Negara sedang berkembang berniat untuk
melaksanakan program – program industrialisasi yang menuntut tenaga – tenaga
terampil berkualitas tinggi.
Dari
Negara – Negara maju, salah satu di antaranya adalah amerika serikat.
Dinegeri ini
pada umumnya para generasi muda mendapat kesempatan luas dlam mengembangkan
kemampuan dan potensi ide nya. Para mahasiswa sebagai dari generasi muda, di
dorong, di rangsang dengan berbagai motivasi dan di pacu untuk maju dalam
berlomba menciptakan suatu ide / gagasan yang harus di wujudakan dalam suatu
bentuk barang, dengan berorientasi pada teknologi mereka sendiri. Untuk
mengembangkan ide – ide / gagasan itu, institut teknologi maschussests (MIT) ,
universitas orgen dan unversitas carnrgie mellon (CMU) pada tahun 1973 di
Pittsburgh, Pennsylvania, telah membuat proyek bersama berjangka waktu lima
tahunan, melibatkan sekitar 600 mahasiswa
dan 55 anggota fakultas dalam program – program belajar dan membaharu
dalam wadah nasional science foundation (NSF), di masing – masing pusat inovasi
universitas – universitas tersebut. Hasil yang di capai proyek – proyek itu :
lebih dari dua lusin produk, proses atau pelayanan baru telah di pasarkan
menciptakan hamper 800 pekerjaan baru, dan memperoleh hasil penjualan sebesar
$46,5 juta (Kingsbury, Louise, 1978 : 59).
Gagasan
dan pola kerja yang hamper serupa telah di kembangkan pula Negara – Negara
asia, misalnya: jepang, korea selatan, singapur, Taiwan. Jerih payah dan
ketentuan para innovator pada sector teknologi industry itu membawa Negara –
Negara itu tampil dengan lebih meyakinkan sebagai Negara yang berkembang mantap
dalam perekonomiannya.
Sebagai upaya
bangsa Indonesia untuk membangun potensi tenaga generasi muda agar menjadi
innovator – innovator yang memiliki keterampilan dan skill berkualitas tinggi.
Pembinaan sedini
mungkin di fokuskan angkaan muda pada tingkat SLTP/SLTA, dengan cara
penyelenggraan lomba karya ilmiah tingkat nasional oleh lembaga ilmu
pengetahuan Indonesia (LIPI). Minat generasi muda untuk mengikuti lomba karya
ilmiah dari berbagai cabang di siplin ilmu itu ternyata lenih baik dari
perkiraan semula. Setiap tahun lomba serta karya ilmiah remaja itu semakin
bertambah jumlahnya. Yang sangat menggembirakan, dalam usia yang belia itu
mereka telah mampu menghasilkan karya –
karya ilmiah yang cukup membuat kagum para cendikiawan tua.
Pembinaan
dan pengembangan potensi angkatan muda pada tingkat perguruan tinggi, lebih
banyak di arahkan dalam program – program studi dalam berbagai ragam pendidikan
formal. Mereka dibina digemblang di laboratorium dan pada kesempatan praktek
lapangan.
Kaum
muda memang betul – betul merupakan suatu sumber bagi pengembangan masyarakat
dan bangsa. Oleh karena itu , pembinaan dan perhatian khusus harus di berikan
bagi kebutuhan dan pengembangan potensi mereka.
B. PENDIDIKAN
DAN PERGURUAN TINGGI.
Namun
demikian tidak dapat disangkal bahwa kualitas sumber daya manusia merpakan
factor yang sangat menentukan dalam proses pembangunan. Hal ini karena manusia
bukan semata – mata menjadi objek pembangunan, tetap sekaligus juga merupakan
(6-12) tahun dapat di tamping oleh fasilitas pendidikan dasar yang ada.
Persentase jumlah penduduk yang masih buta huruf di perkirakan sebagai 40%.
Tetapi
masalah pendidiakan bukan saja masalah pendidikan formal, tetapi pendidikan
membentuk masing manusia membangun. Dan
untuk itu di perlukan kebijaksanaan terarah terpadu di dalam menangani masalah
pendidikan ini. Rendahnya produktivitas rata – rata penduduk, banykanya jumlah
pencari kerja, “under Utilized Population”, kurangnya semangat kewirasuastaan,
merupakan hal – hal yang memerlukan perhatian yang sungguh – sungguh.
Walaupun
pada saat ini system pendidikan mulai di kelola secara lebih terbuka dan
memungkinkan diterapkannya inovasi teknologi serta pembanguna – pembangunan
ilmu mutakhir, dan walaupun anggaran biaya – biaya kependidikan semakin hari
semakin bertambah sehingga merupakan jumlah yang cukup besar di bandingkan
dengan pembinaan sector lainnya, nampaknya persoalan yang tidak mudah di atasi.
Demokratisi kependidikan, baik yang berjalan horizontal maupun yang bergerak
kearah vertical, adalah masalah sehari – hari yang di hadapi pemerintah di dlam
rangka mewujudkan cita – cita pemerataan pendidikan bagi seluruh warga Negara
di dalam konteks masyarakat keseluruhannya.
Dalam arti
inilah, maka pembinaan tentang generasi muda / pemuda, khususnya yang
berkesempatan menganyam pendidikan tinggi penting, karena sebagai alas an.
Pertama, sebagai
kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mereka yang memiliki
pengetahuan yang luas tentang masyarakatnya, karena adanya keempatan untuk
terlibat di dalam pemikiran , pembicaraan serta penelitian tentang berbagai
masalah yang ada dalam masyarakat. Kesempatan ini tidak di miliki oleh generasi
muda pada umumnya. Namun mahasiswa
termasuk orang yang terkemukadi dalam memberikan perhatian terhadap masalah –
masalah yang di hadapai oleh masyarakat nasional.
Kedua, sebagai
kelompok masyarakat yang paling lama di bangku sekolah, maka mahasiswa
mendaparkan proses sosialisasi terpanjang secara terencana, dibandingkan dengan
generasi muda / pemuda lainya. Melalui berbagi mata pelajaran seperti PMP,
sejarah dan Antropologi maka berbagai masalah kenegaraan, dan kemasyarakatan
dapat diketahui.
Ketiga,
mahasiswa yang berasal dari berbagai etis dan suku bangsa dapat menyatu dalam
bentuk terjadinya akulturasi social dan budaya. Hal ini akan memperkaya
khasanah kebudayaannya. Sehingga mampu melihat Indonesia secara keseluruhan.
Empat, mahasiswa
sebagai kelompok yang akan memiliki lapisan atas dari susunan kekuasaan.
Struktur perekonomian dan prestise di dalam masyarakat, dengan sendirinya
merupakan elite di kalangan generasi muda, yang jelas bahwa mahasiswapada
umumnyamempunyai pandangan yang lebih luas dan jauh ke depan serta keterampilan
berorientasi yang lebih baik di bandingkan dengan generasi muda lainnya.
Y-40, Kolam Renang Terdalam Di Dunia
Rabu, 07 Oktober 2015
Ya mungkin di benak agan-agan sekalian yang terlintas di pikiran Y40 Adalah seri laptop atau motor atau bahkan teknologi asa depan agan salah.. Y40 adalah salah satu kolam renang terdalam di dunia,ane gk tau fungsunya buat apa tapi ane aja males renangnya gan kalau tau gini
![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_tcxGCBcLETKVdayrDnm_0O-0zTcjPTQqPEu43_PgKCRcUjpSAVpftcI2A6VL6STm7y8Jl1oKFUYC2R0Wi1ngZsUeKCEdrzL15PX7vYE2Tesc3BuTbWDrCmdirh32EBNkjX8Y2N5CvEZghwPdWOz4gsjVtcP3SxmgY-mqTl41wCIwbC8BoPyoadN1s0nsn6DUL29IEvJK97BThgAXucUfgBTw=s0-d)
bosan berenang dengan kolam renang yang hanya mencapai kedalaman standar saja?
Mungkin Ada baiknya Anda mencoba kolam renang terdlam di dunia ini. Tak main-main kedalamannya lantarab mencapai 137 kaki
atau sedalam 42 meter
. Bahkan air di dalamnya mengandung spa yang menjaga suhu tetap dari 32 sampai 90 derajat fahrenheit.
Terletak di Hotel Terme Millepini, Montegrotto Terme, Padua, Italia, kolam renang ini sebenarnya sudah dibangun sejak tahun 1977 dan direnovasi pada tahun 2013. Adapun, sang arsitek dari kolam yang spektakuler ini adalah Emanuele Boaretto.
Selain itu Y 40 menawarkan kegiatan seperti menyelam santai, fitness dalam air, theraphy, program ibu hamil, pelatihan selam dan pemotretan untuk fotografer dan produsen film.
Terdapat pula kolam renang silinder yang memiliki kedalaman menengah yang dilengkapi dengan panel kaca yang dapat digunakan oleh para tamu untuk menonton aksi para penyelam di dalam kolam.
Kolam renang ini dibuat untuk mencapai tujuan menjadikan kolam renang terbaik di dunia. Y 40 memiliki gua bawah air, terowongan transparan yang bisa digunakan tamu untuk berjalan di bawahnya
, serta platform dengan kedalam yang bervariasi, sebelum dindingnya menyempit dan membentuk bagian curam yang langsung menuju ke kedalaman 137 kaki.
Uniknya, luas permukaan kolam ini memiliki ukuran yang berbeda dengan bagian dasarnya. Semakin ke dalam luas kolam menjadi lebih luas dan spektakuler. Untuk mengisi penuh kolam ini diperlukan 4.300 meter kubik air dengan suhu 32-34 derajat celcius. Y-40 “Deep Joy” menawarkan kebebasan bagi penggemar diving dalam menyelam bebas tanpa menggunakan baju selam.Berani mencoba, Guys ?
GALERI FOTO Y-40
Read more ...
bosan berenang dengan kolam renang yang hanya mencapai kedalaman standar saja?
Mungkin Ada baiknya Anda mencoba kolam renang terdlam di dunia ini. Tak main-main kedalamannya lantarab mencapai 137 kaki
Terletak di Hotel Terme Millepini, Montegrotto Terme, Padua, Italia, kolam renang ini sebenarnya sudah dibangun sejak tahun 1977 dan direnovasi pada tahun 2013. Adapun, sang arsitek dari kolam yang spektakuler ini adalah Emanuele Boaretto.
Selain itu Y 40 menawarkan kegiatan seperti menyelam santai, fitness dalam air, theraphy, program ibu hamil, pelatihan selam dan pemotretan untuk fotografer dan produsen film.
Terdapat pula kolam renang silinder yang memiliki kedalaman menengah yang dilengkapi dengan panel kaca yang dapat digunakan oleh para tamu untuk menonton aksi para penyelam di dalam kolam.
Kolam renang ini dibuat untuk mencapai tujuan menjadikan kolam renang terbaik di dunia. Y 40 memiliki gua bawah air, terowongan transparan yang bisa digunakan tamu untuk berjalan di bawahnya
Uniknya, luas permukaan kolam ini memiliki ukuran yang berbeda dengan bagian dasarnya. Semakin ke dalam luas kolam menjadi lebih luas dan spektakuler. Untuk mengisi penuh kolam ini diperlukan 4.300 meter kubik air dengan suhu 32-34 derajat celcius. Y-40 “Deep Joy” menawarkan kebebasan bagi penggemar diving dalam menyelam bebas tanpa menggunakan baju selam.Berani mencoba, Guys ?
GALERI FOTO Y-40
Spoiler for :
Langganan:
Postingan (Atom)